Oleh: Srini WIjayanti, S.Pd

Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan terindikasi mulai terpinggirkan dari para pemakainya sendiri. Kata-kata yang digunakan dalam berkomunikasi tersisipi kata yang tidak baku. Terutama terkait istilah internet. Misalnya kita akan lebih familiar dengan kata-kata download, upload, save, delete, install, link, online dan website. Padahal kata-kata tersebut sudah ada padanan kata dalam kosakata bahasa Indonesia kita, yaitu unduh, unggah, simpan, hapus, pasang, pranala, daring (dalam jaringan) dan laman.

Referensi tepercaya untuk mengetahui kebakuan semua kata-kata adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Seperti teori dalam materi mata pelajaran Bahasa Indonesia, bahwa sumber kebakuan bisa dirunut dari Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia(PUEBI) yang dulu dikenal dengan EYD, Ejaan yang Disempurnakan.

Cara mudah untuk mendapatkan KBBI adalah dengan membuka pranala https://kbbi.kemdikbud.go.id (KBBI versi daring). Kalau kata-kata yang kita maksudkan ada artinya berarti kata tersebut termasuk kata baku, tetapi kebalikannya, jika kata-kata yang kita maksudkan tidak diketemukan berarti kata tersebut tidak baku.

Sedangkan KBBI versi cetak  sedikit berbeda. Untuk kata-kata yang tidak baku diberi tanda panah dan disertai kata bakunya. Sekedar mengingatkan bahwa yang berlaku saat ini adalah KBBI V. KBBI ini sudah diresmikan pada tanggal 28 Oktober 2016 oleh Mendikbud, Muhadjir Effendy, pada puncak peringatan bulan bahasa dan sastra.

Dalam materi mata pelajaran bahasa Indonesia, yang sering dibahas antara kata baku dan tidak baku, cenderung hanya terkait pada penulisan. Misalnya antri, blangko, cabe, detil, elit, Pebruari, goa, hakekat, himbau dan yunior merupakan kata-kata tidak baku. Sedangkan kata bakunya adalah antre, blanko, cabai, detail, elite, Februari, gua, hakikat, imbau dan junior.

Terkadang beberapa kata baku justru terasa asing di telinga kita karena jarang digunakan misalnya ancala, bentala, capak, dikara, erak, fidah, gombang, hirap dan inset. Padahal jelas-jelas itu ada dalam KBBI atau dengan kata lain kata-kata tersebut merupakan kata-kata baku. Kata tersebut asing karena ada kata-kata lain yang lebih familiar dan sudah biasa kita gunakan. Kata-kata tersebut adalah gunung untuk ancala, tanah untuk bentala, abai untuk capak, indah untuk dikara, lelah untuk erak, perak untuk fidah, tampan untuk gombang, hilang untuk hirap, dan peta untuk inset.

Ada kecenderungan kalau kita kurang perhatian terhadap bahasa kita sendiri. Kosakata bahasa Indonesia banyak yang tidak tahu, tetapi kalau istilah kekinian cepat-cepat cari tahu. Bukan menyalahkan, tetapi kita perlu instrospeksi diri. Kalau kita punya kosakata sendiri, ada padanan kata yang terdapat dalam KBBI seharusnyalah kita menggunakan kosakata bahasa Indonesia. Misalkan, “Silakan unduh dari pranala ini!” dan bukan “Silakan download dari link ini!”

Sebagai warga negara yang baik, setiap berkomunikasi, baik secara lisan atau pun tulis, hendaknya menggunakan kata-kata yang menjadi kosakata Bahasa Indonesia. Sebagai contohnya, “Kudapan dalam rapat tadi mantap!” bukan “Snack dalam rapat tadi mantap!”

Sekaligus untuk membumikan kosakata bahasa Indonesia terkait urutan waktu, penulis ingin memasyarakatkan kata tulat dan tubin. Kalau kata besok dan lusa sudah tidak asing bagi kita, tetapi tulat dan tubin tidak semua orang tahu. Untuk memahami urutan waktu tersebut adalah, kalau besok itu H+1, lusa itu H+2 sedangkan tulat itu H+3 dan tubin itu H+4. Kalau urutan waktu lampau H-1 disebut kemarin dan H-2 disebut kemarin dulu. Namun tidak ada kosakata untuk H-3 dan H-4 dalam KBBI.

Demikian tulisan ini, semoga dapat menambah kecintaan kita terhadap bahasa Indonesia. Mari mengoptimalkan penggunaan kosakata bahasa Indonesia dalam setiap komunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Mari lebih dekat dengan KBBI, dengan membuka dan membacanya.  Karena hal ini bukan saja tanggung jawab guru bahasa Indonesia melainkan semua Warga Negara Indonesia. Dan sebagai penutup tulisan ini, buktikan cinta kita terhadap bahsa Indonesia dengan selalu  berusaha mengoptimalkan penggunaan kosakata bahasa Indonesia dalam berkomunikasi baik lisan maupun tulisan. Salam cinta bahasa Indonesia.

Srini Wijayanti, S.Pd, Adalah pengajar Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Karanggede